Pati, alamorganik.com – Di tengah kekhawatiran petani terhadap dampak buruk penggunaan pestisida kimia, muncul inovasi sederhana namun efektif dari lahan pertanian di Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati. Bukan dengan insektisida pabrikan, melainkan dengan cairan yang mereka sebut parfum urine.
Bagi sebagian orang, nama itu mungkin terdengar aneh. Namun bagi petani seperti Nurgiyanto, parfum urine adalah jawaban atas keresahan panjang menghadapi hama tanpa harus meracuni tanah dan hasil panen.
“Awalnya saya ragu. Masa iya hama bisa pergi hanya dengan cairan seperti itu. Tapi setelah dicoba, tikus dan burung benar-benar enggan mendekat,” kata Nurgiyanto sambil tersenyum ketika ditemui di lahan padinya.
Dari Demplot Hingga Harapan Baru
Metode ini kini tengah diuji coba di demplot Sekolah Lapang (SL) Padi Ramah Lingkungan milik Pak Jadi di Desa Kosekan, Kecamatan Gabus. Kegiatan SL yang difasilitasi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Gabus memang sudah usai, namun pendampingan lapangan serta Farmer Field Day (FFD) masih terus berjalan.
Ferieny, pengurus 3GO Nasional, menyebut inovasi ini sebagai terobosan penting. “Petani tidak perlu lagi menggendong tangki penyemprot berisi racun kimia. Dengan parfum urine, cara pengendalian hama menjadi murah, mudah, dan efektif,” ujarnya.
Menjawab Ancaman Residu Kimia
Penggunaan pestisida kimia selama ini meninggalkan persoalan serius. Residu berbahaya tidak hanya mengancam petani yang mengaplikasikannya, tetapi juga konsumen yang mengonsumsi hasil pertanian.
Muhammad Ansar, penggagas Biosaka dan Nlevel1, menegaskan bahaya tersebut nyata. “Negeri ini subur, dikenal sebagai paru-paru dunia. Tapi rumah sakit penuh karena makanan kita sarat residu kimia. Dengan inovasi ini, kita bisa ucapkan selamat tinggal pada insektisida pabrikan,” ungkapnya.
Menurutnya, langkah kecil yang dimulai dari petani di desa bisa berdampak besar jika dilakukan bersama-sama. “Ini bukan hanya soal hasil panen, tapi juga kesehatan generasi bangsa,” tambahnya.
Efektif Lawan Tikus
Widya, salah satu penggiat pertanian organik yang turut menguji metode ini, memberi kesaksian lain. Menurutnya, parfum urine bukan hanya ampuh mengusir burung, tetapi juga menekan populasi tikus di lahan endemis.
“Tikus itu musuh paling menyebalkan. Tapi setelah diuji, ternyata mereka enggan mendekat. Tinggal menunggu tetangga mau ikut mencoba. Kalau terbukti masif, kita tak perlu lagi pakai setrum atau racun,” katanya penuh harap.
Pertanian Sehat, Generasi Selamat
Bagi para petani Gabus, parfum urine bukan sekadar cairan pengusir hama. Ia menjadi simbol perlawanan terhadap ketergantungan pada bahan kimia yang selama puluhan tahun dianggap tak tergantikan.
Inovasi ini diharapkan dapat menyebar luas ke desa-desa lain. Jika berhasil, maka pertanian ramah lingkungan bukan lagi mimpi, melainkan kenyataan yang bisa menjaga kesuburan tanah, menyehatkan hasil panen, dan melindungi generasi mendatang dari ancaman residu kimia.
“Petani harus berani berubah. Jika ada cara yang lebih sehat dan murah, kenapa harus bertahan dengan racun?” pungkas Nurgiyanto. (Mardizal)