Jateng, alamorganik.com–Data menunjukkan, Indonesia tercatat sebagai pengguna pestisida terbesar ketiga di dunia pada 2021 dengan konsumsi mencapai 283 kiloton.
Angka ini mencerminkan betapa bergantungnya pertanian nasional terhadap bahan kimia sintetis. “Faktanya, angka itu bisa jadi lebih tinggi sekarang,” tambah Ansar penggagas Biosaka Nasional belum lama ini.
Ansar menyebutkan, ada sejumlah masalah serius dalam penggunaan pestisida di tanah air:
- Kurangnya pengetahuan petani – banyak yang tidak memahami jenis, dosis, maupun cara pemakaian yang tepat.
- Penggunaan tidak bijaksana – pestisida dipakai tanpa memperhatikan waktu, sasaran, dan cara, sehingga memicu resistensi hama sekaligus mencemari lingkungan.
- Pengawasan lemah – terutama di perkebunan rakyat, tata kelola penggunaan pestisida hampir tidak tersentuh regulasi.
- Residu berbahaya – pestisida yang menempel pada hasil pertanian berisiko menimbulkan penyakit kronis jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Menuju Pertanian Mandiri
Ansar percaya, cepat atau lambat, gerakan Biosaka akan menjadi bagian penting dalam mewujudkan petani mandiri. Mandiri bukan hanya dalam produksi pangan, tetapi juga bebas dari jeratan belanja pestisida yang tiap musim menguras kantong petani.
“Petani harus punya pilihan lain. Biosaka hadir bukan sekadar sebagai teknologi, tetapi sebagai gerakan untuk mengembalikan kedaulatan petani atas lahannya,” pungkasnya.
Gerakan ini mungkin kecil, tetapi gelombangnya sudah mulai terasa. Dan jika terus menyebar, bisa jadi inilah ancaman nyata bagi industri kimia sekaligus secercah harapan bagi masa depan pertanian Indonesia. (al/ti)