Blitar, alamorganik.com – Sutino, seorang petani asal Blitar, sukses membuktikan bahwa bertani cabai bisa untung besar tanpa mengandalkan pestisida maupun pupuk kimia. Dengan metode alami berbasis Biosaka, Nlevel1 dan rendaman rumput ia sudah mencapai panen ke-13 pada Jumat (19/9/2025).
Sutino sama sekali tidak menggunakan pestisida kimia. Untuk mencukupi unsur hara, ia membuat sendiri pupuk organik cair (POC) dari rendaman rumput. Sementara untuk mengatasi serangan hama, ia memanfaatkan “parfum urine” yang diracik secara sederhana namun efektif.
Sutino juga memiliki pola tanam unik. Setiap delapan batang cabai rawit, ia menyelipkan satu batang kacang panjang. Hasil dari kacang panjang inilah yang ia gunakan untuk membiayai proses panen cabai, sehingga ongkos panen bisa tertutupi.
“Pakai Biosaka dan Nlevel1 jauh lebih irit biaya. Untuk atasi hama, saya cukup pakai parfum urine. Untung sekali tanam cabai ala Biosaka,” ungkap Sutino.
Pada panen ke-13 kemarin, Sutino berhasil memetik 104 kilogram cabai rawit. Dengan harga jual Rp30.000 per kilogram, ia mengantongi pemasukan sebesar Rp3.120.000. Menurutnya, metode ini bukan hanya membuat hasil pertanian lebih sehat, tetapi juga menekan biaya produksi.
Model pertanian organik Sutino diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi petani lain di Blitar maupun daerah lain, terutama di tengah mahalnya pupuk kimia dan pestisida saat ini.
Apalagi saat ini harga cabai disejumlah daerah merangkak naik. Di Sungai Penuh, Jambi harga cabai tembus Rp80.000,-/kg. (Baca albrita.com) dengan judul Harga Cabai Naik di Sejumlah Daerah, Di Sungai Penuh Tembus Rp80.000,-. (al)