Alamorganik.com–Petani perlu memahami tingkat keasaman (pH) tanah karena faktor ini menentukan ketersediaan unsur hara, pertumbuhan akar, dan hasil panen. Berdasarkan nilai pH, tanah terbagi menjadi tiga kategori utama: tanah asam, tanah netral, dan tanah basa.
- Tanah Asam (pH < 6)
Tanah asam biasanya terasa lembek dan sering becek. Warna tanahnya cenderung merah bata atau kekuningan, bahkan terlihat bercak seperti karat besi di permukaan. Tanaman yang tumbuh di tanah asam sering kerdil, berdaun kuning, dan mudah rontok. Kondisi ini biasanya terjadi karena curah hujan tinggi yang mencuci unsur basa seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan kalium (K). Petani dapat menetralkan tanah asam dengan menaburkan kapur pertanian (dolomit atau kalsit) serta menambah pupuk organik matang. Hindari penggunaan pupuk kimia secara berlebihan agar keseimbangan tanah tetap terjaga. - Tanah Netral (pH 6,5–7,5)
Tanah netral memiliki struktur gembur dan remah sehingga mudah diolah. Warna tanah coklat tua hingga hitam menandakan kandungan bahan organik tinggi. Tanaman tumbuh subur dengan daun hijau sehat dan hasil panen optimal. Unsur hara seperti N, P, K, Ca, dan Mg tersedia seimbang, sementara aktivitas mikroorganisme berjalan baik. Petani dapat menjaga pH netral dengan rutin menambahkan kompos dan menghindari penggunaan pupuk urea berlebihan. - Tanah Basa (pH > 7,5)
Tanah basa tampak keras, pecah-pecah, dan gersang. Warna permukaannya abu-abu keputihan akibat kandungan garam tinggi. Tanaman sulit tumbuh karena akar terhambat. Tanah seperti ini sering dijumpai di lahan bekas tambak atau daerah berkapur tinggi. Petani dapat memperbaikinya dengan menambahkan pupuk organik asam, seperti kompos jerami atau pupuk kandang fermentasi, serta menaburkan gipsum (CaSO₄) untuk menurunkan kadar natrium.
Tanah dengan pH netral menjadi kondisi paling ideal untuk pertanian karena unsur hara mudah diserap dan kehidupan mikroba tanah berkembang optimal. (al*)